Profil Maurice Morghan Nikmat

Jumat, 20 Mei 2016

Naskah Drama - Raja Yang Hina


ABSTRAKSI SINGKAT
Raja Yang Hina adalah judul yang saya pikir paling sesuai dengan isi drama ini. Drama Raja Yang Hina ini mengisahkan seorang pastor yang menganggap dirinya paling suci, hebat, baik, layak dihargai dan dihormati. Ia melihat jabatan imamat yang ada padanya sebagai satu kesempatan untuk menyombongkan diri dan untuk mencapai keinginannya.  Bermula dari kedatangan pasangan muda yang meminta untuk pelangsungan sakramen pernikahan, namun karena kekurangan uang untuk memenuhi administrasi keuangan, maka sang calon istri memohon sang pastor untuk tetap melangsungkan pernikahan mereka dengan jaminan sang calon istri sendiri bekerja untuk sang pastor. Melihat si calon istri yang cantik ini menawarkan diri untuk bekerja membantu sang pastor, maka sang pastor memanfaatkan moment ini sebaik-baiknya. Ia memaksa Andre si calon suami untuk membiarkan calon istrinya bekerja agar ia bisa melancarkan aksinya. Namun naas menimpa sang pastor ketika ia berusaha memeluk dan mencium Nining calon istri Andre. Nining yang merasa diperlakukan tidak sopan melarikan diri sambil menangis. Hal ini memantik tanya banyak orang yang melihat Nining berlari sembari menangis itu. setelah mengetahui penyebabnya, orang banyak pun mencari sang pastor dengan perasaan marah, kesal dan benci. Dalam benak mereka, sang pastor yang adalah abdi Tuhan, yang tidak mungkin melakukan hal biadab seperti itu dianggap sebagai orang yang paling keji, orang yang paling bobrok dan sungguh tidak dapat dipercayai dan diharapkan lagi. Mereka yang mendapati sang pastor itu pun melancarkan proses penghakiman ala mereka sendiri secara brutal. Sang pastor akhirnya hanya bisa menuai pukulan, tendangan, amarah, hinaan dan makian dari orang banyak itu. namun terhadap perbuatan keji sang pastor, Andre dan Nining tidak membencinya. Mereka datang lagi menghampirinya, berusaha memadamkan amarah orang banyak dan lebih mulianya lagi memaafkan sang pastor. Akhir kisah ini ditutup dengan penyesalan sang pastor dan diakhiri dengan pelukan serta tangisan yang menderu-deru.

LOKASI
Setting tempat dalam drama ini adalah kediaman dan ruang kerja sang pastor. Serta akhir dari cerita mengambil tempat di jalanan umum.

KARAKTER
Sang pastor adalah tokoh utama, yang memainkan peran penting. Ia berwatak sombong. Bersikap angkuh, dan merasa paling hebat. Ia juga menganggap dirinya raja sehingga berhak atas orang lain
Andre merupakan tokoh pendukung. Berkarakter penurut dan berasal dari orang sederhana.
Nining merupakan tokoh pendukung tokoh utama. Gadis sederhana yang cantik dan rajin. Ia  rela melakukan apa saja asalkan ia dan Andre segera diberkati. Ia tampil sebagai perempuan yang menyuarakan keadilan, yang menuntut kesetaraan dalam tindakan kaum lelaki. 
Orang banyak, pemuda jalanan, perempuan setengah baya adalah tokoh pembantu yang tampil dalam klimaks cerita ini.

RAJA YANG HINA
Sang pastor memasuki panggung dengan membawa seikat perasaan bangga. Sembari berjalan mengitari panggung, sesekali ia menjumput jubahnya lalu menciuminya.

Pastor: hahahahaaa….sekarang aku telah menjadi seorang pastor. Lihat! Lihat! (sedikit menarik jubah dengan kedua tangannya sembari menunjukkannya kepada semua orang) lihat! Jubah yang kukenakan ini. Sungguh elegant bukan? Inilah yang aku dambakan selama ini. (menebah dadanya, bangga). Hahahahaa…mulai sekarang aku akan dihormati semua orang. Mulai dari yang kecil bodoh, anak muda, orang tua bahkan sampai kakek-nenek keriput yang tidak ada gunanya itu….(terus tertawa bangga). Aku pasti akan dianggap suci, baik dan tahu segala hal. Mereka akan mencium tanganku. Mereka akan patuh kepadaku. Mereka akan menyiapkan segala sesuatu yang aku perlukan. Dan aku akan selalu didahulukan di setiap kesempatan apapun. Oooohhhh….betapa luar biasanya aku yang sekarang ini. Cukup mengenakan pakaian putih ini dan aku akan menjadi raja segala raja. Haahaa…hahahaaaa…hahahaa…
Tiba-tiba lampu panggung mulai redup perlahan hingga akhirnya padam total. Suasana terasa mencekam dan sunyi sekali. Tiba-tiba terdengar suara yang berkata.
Mr. x : hahahahaha……hahahaha…(suara tertawanya membahana dan bergema di seluruh ruangan. Sementara si pastor itu terlihat celingukan mencari asal muasal suara itu). apaaaa??? sangkamu kaulah manusia terhebat? Jangan senang dulu sobat. Bisa saja apa yang kau banggakan dari dirimu sekarang ini akan membawa petaka besar bagimu di kemudian hari. Ya…ibarat api dari sebatang korek yang menjelma kobaran api dan akan menghanguskan dirimu sendiri. Hahaha…..hahaha…hahaaaaa…(suara tertawa perlahan-lahan meredup hingga lenyap).
Pastor: aaahhh…persetan dengan kau! Siapakah engkau? Siapa haaa…? Berani-beraninya menasehatiku seperti itu. Tidak tahukah engkau siapakah aku ini? Aku ini orang yang paling disegani, dihormati dan dihargaiiii…(berteriak seolah menegaskan predikatnya yang agung itu). heii…heiiii…heiii bangsattt…tidakkah engkau dengar? Heiiii…dimanakah engkau? Tunjukkan dirimu bila engkau hebat? Aaarrrggghhhh…
(berteriak-teriak sembari menegadah ke atas. Dan diakhir teriakannya yang mulai melemah, ia menjatuhkan lututnya perlahan-lahan).
Selingan music instrument (mellow)

Pastor: (Duduk termenung) apakah benar kalau apa yang kubanggakan sekarang ini akan berubah menjadi malapetaka bagiku? Kalau memang benar, mana buktinya? Kapan itu akan terjadi? Hahhahaa….(tawanya perlahan memuncak seolah menertawai dirinya sendiri) haaaahahaa… tidak mungkin! Tidak mungkin!

Sementara ia duduk termenung memikirkan tentang dirinya, datanglah pasangan muda, Andre bersama Nining, calon istrinya. Mereka datang dengan pakaian lusuh ala kadarnya. Mereka hendak menemui sang pastor untuk menyampaikan sesuatu hal.

Tok..tok…tok…(suara pintu diketuk berirama).
Pastor: Masuk!. (menoleh ke arah pintu).
Andre dan Nining: selamat pagi bapak pastor. (sapa mereka sembari menghampiri sang pastor lalu menyalami dan menciumi tangannya).
Pastor: (dengan sedikit berwibawa dan agak angkuh mempersilahkan mereka duduk). Yaa…silahkan duduk. Bagaimana? Apa maksud kedatangan kalian berdua kemari? (melipat kedua tangannya lalu melihat ke arah mereka berdua).
Andre: (Sedikit canggung dan agak takut). Begini bapak pastor, kami datang kesini untuk menanyakan kepastian pernikahan kami. Segala sesuatu mengenai syarat-syaratnya sudah kami penuhi. Hanya administrasinya saja yang be…lum.. se..(mengucapkan dengan terbata-bata sembari sesekali menunduk).
Pastor:  (menyela pembicaraan Andre). Apaaaa? (memukul meja lalu bangkit berdiri). Belum selesai? Jangan ngawur ya…apa kalian pikir bisa segera menikah kalau urusan administrasinya belum selesai seperti ini? Hahaha….tidak bisa! (mengayunkan telunjuk ke arah mereka berdua dan merangkul pundak mereka dari belakang).
Nining: minta maaf bapak pastor. Aa…aaa…jujur saja bahwa kami belum mempunyai cukup uang untuk itu. bisakah bapak pastor meringankannya untuk kami. Kami berjanji jika setelah selesai nikah kami berdua akan melunasinya.
Pastor: Apa kamu pikir aku bisa berbuat sesuatu untuk kalian berdua haaa?
Andre dan Nining: tolonglah bapak pastor. (serentak menjawab penuh pengharapan).
Pastor: (menopang dagu dan berpikir sejenak).
Nining: saya bisa bekerja apa saja untuk itu bapak pastor. Mencuci piring atau mencuci pakaian disini pun yang penting bisa mendapatkan uang untuk melunasinya. (memegang tangan sang pastor).
Pastor: (tersenyum dan melentikkan jarinya). Yaaa…yaa…yaa…tapi apakah kamu serius?
Nining: iya bapak pastor. Saya serius.
Pastor: bagus. Kalau begitu, pernikahan kalian akan saya laksanakan secepat mungkin. Asalkan kalian jangan memberitahukan kepada orang lain bahwa aku yang membantu kalian untuk ini. Dan mengenai pernyataanmu untuk bekerja disini itu adalah hal yang bagus. Tapi apakah kau keberatan jika calon istrimu yang cantik ini (menyentuh  pipi Nining) bekerja disini? (menghampiri andre dan bertanya padanya).
Andre: sa…sa…ya..sayaaa…
Pastor: (memotong perkataan Andre). Kau harus bersedia! Jika tidak, pernikahan kalian akan dibatalkan dan mungkin akan menjadi lebih rumit dari yang sekarang ini. Haha..hahaa…hahaa…
Andre: (meski dengan berat hati ia akhirnya mengiyakan saja). Baik bapak pastor. Saya tidak keberatan.
Pastor: bagus…bagus sekali. Sekarang pergi dari sini. Cepat pergi. Dan kau cantik, datanglah kemari besok. Akan kutunjukkan apa saja yang akan kau kerjakan disini. Hhahaaahahaa…(tertawa datar).

Sementara sang pastor tengah senang dengan keputusannya tadi, Andre dan Nining meninggalkan ruangan itu dan kembali ke rumah mereka. Sepanjang perjalanan pulang Andre hanya bisa menyesal atas keputusan Nining untuk bekerja mendapatkan uang dan menyesal atas sikap sang pastor yang tak seharusnya demikian.

Pastor: (menampar kedua pipinya perlahan). Heiii…apa aku bermimpi? Lihat saja. Dengan jabatanku sebagai pastor, aku bisa melakukan apa saja. Hal yang mudah bisa aku buat menjadi rumit.  Nining…Nining…kau kini telah berada dalam genggamanku cantik. Lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya.

Keesokkan harinya, Nining datang menemui sang pastor. Kali ini Nining datang dengan penampilannya yang mampu menawan hati sang pastor. Rambut panjangnya yang diikat keatas menambah daya tarik tersendiri bagi kaum lelaki. Nining tampil dengan membawa tas kulitnya yang berwarna hitam meski tersimpan sepenggal keraguan dalam binar matanya yang indah itu.

Pastor: ooohh….ckckckckc…lihat siapa yang datang. Kau datang juga Nining? (merangkul pundak Nining).
Nining: (mencoba melepaskan rangkulan sang pastor). Ah…aaa….tolong bapak pastor jangan seperti ini. Tidak baik kalau dilihat orang. (mulai mengambil jarak sedikit jauh dari sang pastor).
Pastor: oke…oke…santai saja Nining. Aku ini seorang pastor, tidak mungkin aku melakukan hal yang tidak baik terhadapmu. Jangan takut cantik. (mencolek dagu Nining). Baiklah. Sekarang ikut aku dan akan kutunjukkan kepadamu apa saja yang akan kau kerjakan disini. (sang pastor membawa Nining dan menjelaskan kepadanya tentang segala sesuatu yang akan ia kerjakan).
Nining: aah…apa saya langsung bekerja sekarang?
Pastor: tentu. Tunggu apa lagi. Sekarang pergilah bekerja. Dan jangan lupa, buatkan aku minuman pada jam 10.00 pagi dan 16.00 di sore hari. Paham?
Nining: baik bapak pastor. (setelah itu Nining mulai bekerja. Dari mencuci pakaian, merapikan ruangan-ruangan, menyapu, mengepel dan membuat minum untuk sang pastor).

Pekerjaan ini dilakukan Nining setiap pagi sampai sore tanpa beristirahat sedikitpun. Setelah selesai barulah ia pulang kembali ke rumah jam 17.00. Pekerjaan ini Nining lakukan dengan setia karena ia ingin pernikahannya dengan Andre calon suaminya itu segera dilangsungkan tanpa ada hambatan lagi. Begitulah pekerjaan ini berjalan beberapa hari, hingga di suatu hari terjadi sesuatu yang berada di luar dugaannya.

Jam 10.00 pagi Nining datang membawa minuman untuk sang pastor di ruang kerjanya. (perlahan mengetuk pintu lalu masuk).

Nining: ini minumannya bapak pastor. (meletakkan segelas teh dan sepiring roti selai, lalu bergegas meninggalkan ruangan sang pastor).
Pastor: (melihat Nining yang tampak cantik itu dengan penuh kekaguman. Ia memperhatikan cara Nining berjalan). Tunggu… kemari sebentar. (beranjak dari tempat duduknya, berusaha memeluk dan mencium Nining). Kau sungguh luar biasa.
Nining: (berontak melepaskan pelukan sang pastor). Bapak pastor apa-apaan ini. Mengapa berbuat seperti ini? (berusaha lari).
Tetapi rupanya sang pastor yang telah dibelit nafsu itu menangkap Nining secara kasar, menamparnya dan memaksanya untuk menuruti keinginannya. Sadar akan perilaku sang pastor yang kurang ajar itu, Nining menghamburkan dulang yang dipegangnya lalu berlari keluar sambil menangis tersedu-sedu. Nining berlari sepenuh tenaganya, berusaha melepaskan dirinya dari sang pastor yang kurang ajar itu. orang-orang yang dijumpainya di sepanjang jalan telihat heran dan bertanya-tanya apa gerangan sehingga Nining menangis seperti itu. Nining terus berlari membawa segudang rasa sakit hati. Sementara itu, sang pastor yang biadab itu terdiam tanpa kata di dalam ruangannya.
Pastor: aaarrgghhh….(nafasnya tersengal). mengapa aku bertindak segoblok ini. Oh Tuhan…celaka aku. (menutup mukanya penuh malu).
Sementara meratapi kebodohannya, tiba-tiba muncul begitu banyak orang lengkap dengan kayu, parang dan pisau. Mereka berusaha masuk ke dalam untuk mencari sang pastor yang biadab itu.
Orang banyak: dimana kau bersembunyi pastor bejat…keluar kau. Tunjukkan dirimu dan kami akan mencincangmu hidup-hidup. (terus berteriak-teriak menunjukkan kekesalan mereka).
Pastor: (kaget dengan kegaduhan yang terjadi). Mati aku…! Ahhhh….(mondar-mandir).
Akhirnya, orang banyak yang sedari tadi mencari-cari sang pastor menemukannya di dalam ruangannya. Mereka langsung menangkap sang pastor, menariknya keluar dan membawanya ke jalanan umum. Sementara itu mereka terus memukul sang pastor, meludahinya, menendangnya dan mengatainya habis-habisan. Sang pastor hanya meronta dan merintih kesakitan sambil derai kata maaf terus mengalir keluar dari mulutnya.
Perempuan paruh baya: dasar pastor kurang ajar. Berani-beraninya berbuat kurang ajar terhadap perempuan. Apa bapak pastor pikir perempuan itu lemah jadi seenaknya saja terhadap perempuan?
Lelaki muda: gila…dasar gila. Apa lagi yang bisa kita harapkan dari seorang pastor seperti ini? Selain kebodohan dan kebobrokan yang ia punya saat ini. Cuiiihhhh. (meludahi sang pastor).
Pemuda jalanan: ternyata dia tidak lebih dari saya yang tiap harinya menghabiskan waktu di jalan. Malahan mabuk-mabukkan, merokok dan memalak jauh lebih terhormat daripada perbuatannya ini.
Perempuan paruh baya: ya benar. Dia pikir dia siapa. Raja? Seenaknya saja bertindak atas nama imamatnya itu. anda lebih pantas menjadi raja bagi para sundal dan setan di neraka sana bapak pastor yang mulia. (orang banyak serentak menertawainya penuh sinis).

Orang banyak itu pun membuat pengadilan yang paling keji yang dianggap pantas dan setara untuk sang pastor. Pukulan, makian, cercaan, tendangan dan hinaan terus mendarat tanpa henti di tubuh sang pastor itu. hingga akhirnya, datanglah Andre bersama calon istrinya Nining untuk menghentikan pengadilan yang keji itu.

Andre: heiiii….heiii…cukup. cukup. Berhentilah mengadilinya. (masuk ke dalam kerumunan orang banyak dan memberhentikkan mereka).
Pemuda jalanan: untuk apa berhenti? Apa saudara senang dengan perbuatannya terhadap calon istri saudara?
Andre: (menjawab dengan nada keras). Saya memang tidak terima dengan perbuatannya itu. tapi apa salahnya jika kalian berhenti menghakiminya dan kita bicarakan baik-baik. Kasihan dia. (suasana perlahan menjadi tenang. Andre mengangkat sang pastor yang sudah babak belur dan tidak berdaya itu).
Pastor: maafkan saya Andre. Maafkan saya Nining. (melihat ke arah Andre dan Nining). Saya telah berlaku kurang ajar. Saya salah karena telah menggunakan kuasa dan wewenang saya sebagai imam dengan tidak bijaksana. Saya keliru. Saya pikir dengan imamat yang saya miliki ini, saya akan mendapat apa saja yang saya inginkan. Saya terlalu menganggap diri saya sebagai seorang raja yang harus dihormati, dihargai dan didengarkan. Kini saya telah sadar bahwa saya adalah seorang raja yang paling hina. Ya, raja yang hina. (menangis menyesali perbuatannya). Maafkan aku…maafkan aku…
Andre: sudahlah bapak pastor. Saya mengerti. Saya datang kesini juga bukan untuk menghakimi anda.
Nining: benar bapak pastor. Maafkan kami berdua juga. (menitikkan air mata).
(Nining, Andre dan sang pastor pun saling berpelukan. Antara mereka mengalir sejumlah tangis tiada tepi. Tangis penuh sesal. Tangis penuh perubahan. Tangis yang akan menjelma menjadi sukacita). Orang banyak pun mulai menyingkir satu per satu. Kini tinggal mereka bertiga dengan perasaan masing-masing yang tidak dapat dieja sekalipun dengan hati kita yang iba.

_The end_





PESAN SINGKAT
Sebagai calon imam, kita perlu mewaspadai sikap dan karakter yang dianut oleh sang pastor di atas. Imamat suci yang kita peroleh bukanlah menjadikan kita sombong dan kehilangan tujuan kita. Menjadi imam bukanlah mewujudkan obsesi kita untuk menjadi raja atas segala raja namun sebaliknya, menjadi imam berarti menjadi hamba sekaligus pelayan bagi sesama kita. Hendaknya kita mampu hidup murni sesuai dengan tri kaul yang kita ikrarkan di hadapan Tuhan dan sekali lagi jangan biarkan diri kita terjebak dalam lilitan klerikalisme yang akut hingga akhirnya membahayakan diri kita sendiri.









_MAURICE MORGHAN NIKMAT_
12 November ‘14

                                                                                                Di Puncak Surga Ketiga
Pada senja yang menggairahkan
Kala birahi memenjarakan kata..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar